Bukan Lagi Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, Tapi Pahlawan Yang Berjasa
Karya : Venny Oktaviani Siregar
Tiada kata yang lebih indah dari cinta
Tiada sikap yang lebih indah dari pengorbanan
Tiada jasa yang lebih indah dari seorang guru
Tiada sikap yang lebih indah dari pengorbanan
Tiada jasa yang lebih indah dari seorang guru
Cinta dan pengorbanan semua ada dalam dirinya
Dari cinta dan pengorbanannya
Lahirlah bunga bangsa 'tuk harumkan bangsa ini
Karena cinta dan pengorbanannya
Dia ajarkan apa yang tidak kita tahu
Dia berikan pengalaman hidupnya
Hingga jadi guru yang sangat berarti dalam hidup kita
Tak pernah kita sadari
Dari kata dan sikapnya yang indah
Kita menjadi orang yang berguna saat ini
Tapi...
Apa pernah kita memikirkan bahkan menghargainya ?
Dia memang bukan lagi pahlawan tanpa tanda jasa
Tapi guru...Pahlawan yang berjasa dalam hidup
Karya : Yutirsa Ys.
Hari ini aku duduk di sebuah kelas tua
Dari dulu sama saja
Selalu ada dia yang berpendar - pendar membagi sinarnya
Yang menegakkanku saat mengenakan toga
Hari ini aku menggenggam tangannya yang hangat
Merasakan nadinya pelan - pelan berdenyut
Berdialog dengan tulang dan kulitnya yang mengerut
Ikut mengalirkan padaku semangatnya yang tak pernah surut
Hari ini aku memeluk tubuhnya yang ringkih
Dari dulu dia tetap pahlawan tanpa pamrih
Karena dialah guru terima kasih
Yang tak pernah mengeluh walau hanya kubayar dengan terima kasih
Dari dulu sama saja
Selalu ada dia yang berpendar - pendar membagi sinarnya
Yang menegakkanku saat mengenakan toga
Hari ini aku menggenggam tangannya yang hangat
Merasakan nadinya pelan - pelan berdenyut
Berdialog dengan tulang dan kulitnya yang mengerut
Ikut mengalirkan padaku semangatnya yang tak pernah surut
Hari ini aku memeluk tubuhnya yang ringkih
Dari dulu dia tetap pahlawan tanpa pamrih
Karena dialah guru terima kasih
Yang tak pernah mengeluh walau hanya kubayar dengan terima kasih
PERTEMUAN ILALANG DAN SETANGKAI GURU...
Karya : A. A Gede Ngurah Putra AdnyanaSeingat ilalang-ilalang pagar senja
Dia itu wanita berkacamata tua
Kutinggalkan di gerbong nostalgia putih abu terlama
Dia makin peluh, makin pandai bersilat kapur
Suanya berikut kata-kata tak pernah usang,
meledak di keheningan ruang berjiwa
Cukup dua puluh pasang mata bengal terbelalak...
Ketika subuh menyusut terik
Dia wanita beruban lima,
Sibuk memasang aritmatika,
Sibuk mendulang kajian bahasa dunia,
dan letih sidangkan kebengalan remaja putih abu
Namun, itu demi bunga-bunga bangsa
Dia tuangkan semua riwayat pengetahuan
Dia rangkaikan ocehan belati untuk memekarkan mentari-mentari kita
Dia wanita tua kurindukan
Ajari aku menata tangga-tangga kemuliaan
Kini tersenyum perih dipagar ilalang
Melirik dia di ruang nostalgia lawas dengan kedukaan teramat
" SELAMAT SIANG, BU!!!
Ada apa denganmu??
Baikkah engkau???
Ini muridmu, wahai Sang Merak Saraswati...."
Dia memaku kata-kataku dengan senyum seribu
Dan ku mengiris pilu memeluk nasib guruku
Begitu tulus wanita berkacamata tua
Tiada pedulikah dunia padanya???
Pejabat-pejabat itu tiada teramat padam seperti kupu-kupu hatiku
Terimakasih , engkau wanita
Guru jiwa untuk ilalang seperti batasku
Dia itu wanita berkacamata tua
Kutinggalkan di gerbong nostalgia putih abu terlama
Dia makin peluh, makin pandai bersilat kapur
Suanya berikut kata-kata tak pernah usang,
meledak di keheningan ruang berjiwa
Cukup dua puluh pasang mata bengal terbelalak...
Ketika subuh menyusut terik
Dia wanita beruban lima,
Sibuk memasang aritmatika,
Sibuk mendulang kajian bahasa dunia,
dan letih sidangkan kebengalan remaja putih abu
Namun, itu demi bunga-bunga bangsa
Dia tuangkan semua riwayat pengetahuan
Dia rangkaikan ocehan belati untuk memekarkan mentari-mentari kita
Dia wanita tua kurindukan
Ajari aku menata tangga-tangga kemuliaan
Kini tersenyum perih dipagar ilalang
Melirik dia di ruang nostalgia lawas dengan kedukaan teramat
" SELAMAT SIANG, BU!!!
Ada apa denganmu??
Baikkah engkau???
Ini muridmu, wahai Sang Merak Saraswati...."
Dia memaku kata-kataku dengan senyum seribu
Dan ku mengiris pilu memeluk nasib guruku
Begitu tulus wanita berkacamata tua
Tiada pedulikah dunia padanya???
Pejabat-pejabat itu tiada teramat padam seperti kupu-kupu hatiku
Terimakasih , engkau wanita
Guru jiwa untuk ilalang seperti batasku
GURU
Karya : Abdul Wahab
Sepintas wajah kusutmu
Membaluti relung pipi manismu
Kau tampak lelah....
Letih....
Tapi,kau samarkan semua itu
demi kewajibanmu mengajari seorang putera bangsa
Kelak akan bisa memajukan bangsa ini
Guru....
Setetes ILMU,
Secuil semangat dan nasehat..
Sangatlah berarti bagiku
untuk menggapai impianku
Karena,
Kaulah peri hidupku
Kaulah pahlawan tanpa tanda jasa
Penerang cahaya dalam kegelapan pikiranku..
Penghapus kebodohan dalam otak mungilku
Sekarang...
Kau jauh dariku ...
walau tidak akan pernah bertemu lagi,
Tapi...akan selalu dekat dihai
Andai waktu bisa kembali
Ingin rasa bertemu sekali lagi
Untuk ucapkan,
TERIMA KASIH
Oh....TUHAN....
Jangan hukum dia
Hukum aku yang selalu membuatnya terluka
Ampunilah segala dosanya
terimalah dia disisi Mu
Guru....
Doakan aku dialam sana
Agar aku bisa membalas jasamu,
Agar aku bisa meneruskan perjuanganmu
Selama ini.....
dan sampai saat ini pula,
hingga kau akan tersenyum
melihatku.
Membaluti relung pipi manismu
Kau tampak lelah....
Letih....
Tapi,kau samarkan semua itu
demi kewajibanmu mengajari seorang putera bangsa
Kelak akan bisa memajukan bangsa ini
Guru....
Setetes ILMU,
Secuil semangat dan nasehat..
Sangatlah berarti bagiku
untuk menggapai impianku
Karena,
Kaulah peri hidupku
Kaulah pahlawan tanpa tanda jasa
Penerang cahaya dalam kegelapan pikiranku..
Penghapus kebodohan dalam otak mungilku
Sekarang...
Kau jauh dariku ...
walau tidak akan pernah bertemu lagi,
Tapi...akan selalu dekat dihai
Andai waktu bisa kembali
Ingin rasa bertemu sekali lagi
Untuk ucapkan,
TERIMA KASIH
Oh....TUHAN....
Jangan hukum dia
Hukum aku yang selalu membuatnya terluka
Ampunilah segala dosanya
terimalah dia disisi Mu
Guru....
Doakan aku dialam sana
Agar aku bisa membalas jasamu,
Agar aku bisa meneruskan perjuanganmu
Selama ini.....
dan sampai saat ini pula,
hingga kau akan tersenyum
melihatku.
MENGENANG MASA TAMAN KANAK-KANAK
Karya : St. Fatimah 1
terbahak
gempita permainan kanak dengan semarak canda
terbang menyusuri padang bunga, taman kupu-kupu, dan
kita menari diguyur gerimis di mula pagi
nyanyi-nyanyi membahana dalam keriangan juga keakraban
yang menggenapi saban riuh kenangan
merajut ingatan
dalam berlembar coretan kasar pensil-pensil warna
dalam cerita-cerita kecil yang menggelikan
2
sosok bidadari-bidadari berkerudung reronce kembang melati
merangkul penuh kelembutan
mimpikah ini
harumnya masih membuai di sela-sela rindu
jadi bunga-bunga tidur, indah lagi menyenangkan
seulas senyum paling rekah
mengantar hidup kita
berujung pada kebaikan yang abadi
berpundi-pundi citacita dan cinta
membuncah
terbahak
gempita permainan kanak dengan semarak canda
terbang menyusuri padang bunga, taman kupu-kupu, dan
kita menari diguyur gerimis di mula pagi
nyanyi-nyanyi membahana dalam keriangan juga keakraban
yang menggenapi saban riuh kenangan
merajut ingatan
dalam berlembar coretan kasar pensil-pensil warna
dalam cerita-cerita kecil yang menggelikan
2
sosok bidadari-bidadari berkerudung reronce kembang melati
merangkul penuh kelembutan
mimpikah ini
harumnya masih membuai di sela-sela rindu
jadi bunga-bunga tidur, indah lagi menyenangkan
seulas senyum paling rekah
mengantar hidup kita
berujung pada kebaikan yang abadi
berpundi-pundi citacita dan cinta
membuncah
HILANGNYA KETELADANAN
Karya : Priyo Pradono
Sedih hati ini
Melihat kenyataan
Bangsa ini kehilangan teladan
Anak muda bergerombol
Jumawa hati merasa raja di raja
Menganggap orang rendah hina dina
Berbuat resah menghancurkan asa
Dan,
Kini muncul teladan-teladan baru
Seakan menimbulkan asa baru
Tapi ternyata hanyalah palsu...
Teladan-teladan itu sesat & menyesatkan !
Kita butuh Guru bangsa
Bukannya guru-guru bangsat !
Dan ironis,
Nasib para pendidik generasi harapan
Ada yang harus hidup mengais sampah
Ada yang harus mengayuh becak
Ada yang harus menaruh harga diri
Demi kelangsungan hidup...
Ku pikir
Lagu Oemar Bakri
Hanyalah reka-an Bang Iwan
Ternyata,
Itu benar-benar nyata...
Kita harus menunduk heningkan cipta
Atau esok kita harus kibarkan
Sang Merah Putih setengah tiang
Pertanda matinya teladan-teladan berhati suci...
Melihat kenyataan
Bangsa ini kehilangan teladan
Anak muda bergerombol
Jumawa hati merasa raja di raja
Menganggap orang rendah hina dina
Berbuat resah menghancurkan asa
Dan,
Kini muncul teladan-teladan baru
Seakan menimbulkan asa baru
Tapi ternyata hanyalah palsu...
Teladan-teladan itu sesat & menyesatkan !
Kita butuh Guru bangsa
Bukannya guru-guru bangsat !
Dan ironis,
Nasib para pendidik generasi harapan
Ada yang harus hidup mengais sampah
Ada yang harus mengayuh becak
Ada yang harus menaruh harga diri
Demi kelangsungan hidup...
Ku pikir
Lagu Oemar Bakri
Hanyalah reka-an Bang Iwan
Ternyata,
Itu benar-benar nyata...
Kita harus menunduk heningkan cipta
Atau esok kita harus kibarkan
Sang Merah Putih setengah tiang
Pertanda matinya teladan-teladan berhati suci...
Guru
Karya : Heru Jepe
Bersama dinding, ia mengeras, membekas
dalam paras, mengupas rias.
Bersama lantai, ia mencebur, terkubur
dalam umur, mengukur uzur.
Bersama dirimu, ia membeku dalam diriku.
Menyusun laju menuju Tuhanku.
dalam paras, mengupas rias.
Bersama lantai, ia mencebur, terkubur
dalam umur, mengukur uzur.
Bersama dirimu, ia membeku dalam diriku.
Menyusun laju menuju Tuhanku.
Surat Untuk Sang Guru
Karya : Suhendi Pusap Guru, ada banyak cerita hari ini:
tentang pagi yang menjelma serupa kehangatan,
meleburkan setiap kebekuan di balik fajar.
tentang senyum bunga-bunga yang mengusik kabut
di kaki bukit,
seperti senyummu di kelas dulu,
membuatku percaya mentari akan tetap memberikan
sisi terang kehidupan.
Dan ketika hari beranjak siang,
kusaksikan burung-burung beterbangan
menyapu angkasa
seakan mengabarkan kebebasan
dan biru langit
Namun Guru,
sore tadi aku mendengar kabar hambar tentangmu:
tentang atap sekolahmu yang bocor,
tentang upahmu yang lemah,
tentang sampah sumpah serapah di koran-koran,
tentang negeri ini yang hampir tumpah,
dikubur tanah.
Guru, akan kukabarkan lagi jika ada tragedi di sini.
di sini sepi, diam, tanpa ilmu.
Salamku, muridmu.
Tentang Seorang Guru
Karya : Ika Cindriyani Yusita Seindah pengorbanannya
Guru menjadi bunga yang selalu dipuja anak didiknya
Setulus kasih sayangnya
Guru menjadi selimut yang menghangatkan siswanya
Entah seindah apa?
Pengorbananku untuk membalas pengorbanannya
Entah setulus apa?
Kasih sayangku untuk membalas kasih sayangnya
Aku hanya sanggup memberikan terima kasih
Itupun tak sempat aku sampaikan
Melalui sang malaikat maut engkau pergi
Meninggalkan ilmu yang pernah kau beri
Hanya ilmu yang tersisa darimu
Tapi ilmu itu tak akan pernah menjadi sisa sepanjang waktu
Hanya rindu yang 'kan ada untukmu
Tapi rindu yang tak akan pernah pergi bersama waktu
Terima kasih guruku
Hanya lewat bait-bait puisi ini
Aku menyampaikan rasa yang tak sempat kuberi
Dan lewat baris-baris puisi ini
Aku memberikan semua yang bisa ku beri
Sosok Pejuang Sejati
Karya : Ovi Yulianti N
Sepiku karena keheninganku dalam pikiranku yang berkabut semu
Sulit mengerti hanya ragu yang menjamu
Tanpa tahu dustaku jadi benarku
Tingkahku mengantarkanku pada arah berselimut debu
Ketika aku menungu..
Ia berpijak dengan segenggam cahaya
Menerangiku..menyilaukan pikiranku
Tanpa kaku lidahku berhenti membisu
Engkau datang menaburkan berjuta harapan
Menghujani gersangnya diri dengan ilmu sejati
Engkau datang menawarkan berjuta impian
Raya hati bagai usai tercabut duri
Sosok pejuang sejati ialah guruku..
Kesabarannya menghalau amarahnya
Kilauan mutiara merajut dalam dirinya
Bagai bintang menerangiku dalam setiap gelapku
Meski tanpa simbol nyata
Perjuanganmu tetap tiada tara
Selalu hidup dalam ingatan berjuta insan
Meski tanpa sayap..Engkau laksana malaikat
Menuntunku dalam langkah kebenaran
Kadang egoku merengkuh keyakinanku yang menentang kebenaranmu
Guruku..
Kecewakah engkau akan aku..?
Senyumnya hanya mengisyaratkan ketulusannya
dalam membina bangsa menjadi generasi sejati
Menerbangkan insan dalam indahnya masa depan
Guruku..
beribu kata terima kasih takkan sanggup untuk membayar ketulusanmu membimbingku
Tapi ilmu dan nasihatmu akan menjadi alunan nada simfoni terindah dalam perjalanan hidupku..
Sulit mengerti hanya ragu yang menjamu
Tanpa tahu dustaku jadi benarku
Tingkahku mengantarkanku pada arah berselimut debu
Ketika aku menungu..
Ia berpijak dengan segenggam cahaya
Menerangiku..menyilaukan pikiranku
Tanpa kaku lidahku berhenti membisu
Engkau datang menaburkan berjuta harapan
Menghujani gersangnya diri dengan ilmu sejati
Engkau datang menawarkan berjuta impian
Raya hati bagai usai tercabut duri
Sosok pejuang sejati ialah guruku..
Kesabarannya menghalau amarahnya
Kilauan mutiara merajut dalam dirinya
Bagai bintang menerangiku dalam setiap gelapku
Meski tanpa simbol nyata
Perjuanganmu tetap tiada tara
Selalu hidup dalam ingatan berjuta insan
Meski tanpa sayap..Engkau laksana malaikat
Menuntunku dalam langkah kebenaran
Kadang egoku merengkuh keyakinanku yang menentang kebenaranmu
Guruku..
Kecewakah engkau akan aku..?
Senyumnya hanya mengisyaratkan ketulusannya
dalam membina bangsa menjadi generasi sejati
Menerbangkan insan dalam indahnya masa depan
Guruku..
beribu kata terima kasih takkan sanggup untuk membayar ketulusanmu membimbingku
Tapi ilmu dan nasihatmu akan menjadi alunan nada simfoni terindah dalam perjalanan hidupku..
Teruntukmu Guru-Guruku
Karya : Ika Cindri
Kau menyelamatkanku dari kebutaan akan aksara Menuntunku mulai mengenal apa yang di sebut kata Menemaniku merangkai tiap-tiap kata menjadi berita Kau meyentuhku lewat suara dan tutur sapa yang indah Membuatku merasa nyaman tuk terus mengerti akan aksara Yang nantinya kan menjadi bekalku mengenal ilmu-ilmu di dunia Kau menghiburku saat ku mulai lelah bermain dengan aksara Mengajakku 'tuk mengenal ilmu yang lainnya Ilmu yang tak mungkin kudapatkan dari semua buku yang ada Tak hanya ilmu tentang dunia kau beri padaku Dan tak hanya tentang etika kau membentengiku Tapi kau juga ajariku tentang macam-macam hidup Yang mungkin saja suatu hari akan ku kecap Laksana kokok sang ayam di pagi buta Kau membangunkanku dari dunia yang gelap akan cahaya Sehingga kini ilmu yang telah kukantongi darimu Menjadi pelita di dunia yang gulita Terima kasih...
Hanya itu yang bisa ku beri Sama seperti kau t'lah memberiku arti Semoga do'aku kan tetap terlantun untukmu Disepanjang usiaku.
Teruntukmu Guru-Guruku
Karya : Ika Cindri
Kau menyelamatkanku dari kebutaan akkan aksara
Menuntunku mulai mengenal apa yang di sebut kata
Menemaniku merangkai tiap-tiap kata menjadi berita
Kau meyentuhku lewat suara dan tutur sapa yang indah
Membuatku merasa nyaman tuk terus mengerti akan aksara
Yang nantinya kan menjadi bekalku mengenal ilmu-ilmu di dunia
Kau menghiburku saat ku mulai lelah bermain dengan aksara
Mengajakku 'tuk mengenal ilmu yang lainnya
Ilmu yang tak mungkin kudapatkan dari semua buku yang ada
Tak hanya ilmu tentang dunia kau beri padaku
Dan tak hanya tentang etika kau membentengiku
Tapi kau juga ajariku tentang macam-macam hidup
Yang mungkin saja suatu hari akan ku kecap
Laksana kokok sang ayam di pagi buta
Kau membangunkanku dari dunia yang gelap akan cahaya
Sehingga kini ilmu yang telah kukantongi darimu
Menjadi pelita di dunia yang gulita
Terima kasih... Hanya itu yang bisa ku beri
Sama seperti kau t'lah memberiku arti
Semoga do'aku kan tetap terlantun untukmu
Disepanjang usiaku
Menuntunku mulai mengenal apa yang di sebut kata
Menemaniku merangkai tiap-tiap kata menjadi berita
Kau meyentuhku lewat suara dan tutur sapa yang indah
Membuatku merasa nyaman tuk terus mengerti akan aksara
Yang nantinya kan menjadi bekalku mengenal ilmu-ilmu di dunia
Kau menghiburku saat ku mulai lelah bermain dengan aksara
Mengajakku 'tuk mengenal ilmu yang lainnya
Ilmu yang tak mungkin kudapatkan dari semua buku yang ada
Tak hanya ilmu tentang dunia kau beri padaku
Dan tak hanya tentang etika kau membentengiku
Tapi kau juga ajariku tentang macam-macam hidup
Yang mungkin saja suatu hari akan ku kecap
Laksana kokok sang ayam di pagi buta
Kau membangunkanku dari dunia yang gelap akan cahaya
Sehingga kini ilmu yang telah kukantongi darimu
Menjadi pelita di dunia yang gulita
Terima kasih... Hanya itu yang bisa ku beri
Sama seperti kau t'lah memberiku arti
Semoga do'aku kan tetap terlantun untukmu
Disepanjang usiaku
Guru Tersayang
Karya : Dedi hariyanto
senja bergulir malam.
mentari berganti rembulan,
dikau berkerja selarut senja,
kau tak peduli...
betapa lelah hatimu
tapi.....
kau tetap mengabdi
guruku sayang,
guruku tercinta,
kau buat aku tau akan dunia
kau juga buat aku mengerti
ya mengerti!
mengerti semua hal
walau kini
globalisasi melanda
kau tetap perjuangkan semua,
semua hal yang berguna
sayang...,
kini nasibmu luluh lantah
tak tentu hidup diri
tak sayang jiwa malang
guruku.....
aku tetap sayang
karena.....,
kau guru tercinta
FOREVER TEACHERS
mentari berganti rembulan,
dikau berkerja selarut senja,
kau tak peduli...
betapa lelah hatimu
tapi.....
kau tetap mengabdi
guruku sayang,
guruku tercinta,
kau buat aku tau akan dunia
kau juga buat aku mengerti
ya mengerti!
mengerti semua hal
walau kini
globalisasi melanda
kau tetap perjuangkan semua,
semua hal yang berguna
sayang...,
kini nasibmu luluh lantah
tak tentu hidup diri
tak sayang jiwa malang
guruku.....
aku tetap sayang
karena.....,
kau guru tercinta
FOREVER TEACHERS
Air mata perjuangan
Karya : poem_ajjo21@yahoo.co.id
Air mata telah jatuh membasahi bumi Cinta yang terdalam telah kauberi Semua cinta yang kau miliki telah kau relakan hanya demi Ranting telah menjadi pohon BUnga kini pun telah bersua Tapi apa mereka telah berubah? menuju ke daratan yang mana mereka? Cintamu yang bisa menjawab CIntamu yang bisa memberi Hanya engkau yang tahu segala CInta hanyalah cinta Pedih yang harus ditahan Takkan pernah ada balasan Semua hanya angin lalu Pergi dan datang sesuka hati Lalu terbang mengikuti mentari hingga bintang pun tertawa Dan datanglah sang pelangi yang membiaskan seluruh warna Tapi takkan pernah memberi arti Dalam hiduo dan cinta ini Semua terasa amat mencekat Dan takkan pernah kau tahu Apa yang pernah dia rasakan karena dirimu yang terjatuh Tapi ia pun merasakan hal sama Mereka tetap manusia biasa.
INIKAH NASIBKU SEBAGAI SEORANG GURU HONORER
Karya : RANGGA ADHIYASA
Di antara senja di ujung sore yang lengang
Aku duduk termenung di sudut ruang
Hujan yang turun deras disertai angin kencang
Semakin membuat pikiranku tak tenang
Dalam keremangan cahaya di ruang guru yang sunyi
Aku teringat kembali akan memori yang menyakitkan hati
Tentang status resmi yang tak kunjung terealisasi
Di tambah lagi dengan gaji yang sangat tidak pasti
Waktu di segala musim dan cuaca telah berbicara
Tentang nasibku yang sangat tidak biasa
Aku yang selalu di nomor duakan oleh MEREKA
Tak sedikit pun merasakan nikmatnya dunia
Hari demi hari aku didik murid-muridku dengan ilmu
Waktu demi waktu aku beri mereka pengetahuan baru
Tapi tak sedikit pun petinggi-petinggi itu tahu
Bahwa aku pun layak menyandang status "GURU"
Dalam keterbatasan kehidupan yang aku jalani
Aku tetap tabah menapaki hari-hari
Diantara terjalnya suratan yang harus aku lalui
Aku tetap tegar meskipun batinku tersakiti
Tak bisakah mereka lihat tempat tinggalku yang layu?
Tak bisakah mereka lihat kehidupanku yang sayu?
Tak bisakah mereka lihat sehari-hariku yang sendu?
Dan tak bisakah hati mereka terketuk untuk membantu?
Inikah Nasibku Sebagai Seorang Guru Honorer?
Dimana keahlianku dibutuhkan untuk mengajar
Namun hasil yang ku dapat hanya cukup untuk tidur
Di sini aku hanya bisa diam dan tegar...
Aku duduk termenung di sudut ruang
Hujan yang turun deras disertai angin kencang
Semakin membuat pikiranku tak tenang
Dalam keremangan cahaya di ruang guru yang sunyi
Aku teringat kembali akan memori yang menyakitkan hati
Tentang status resmi yang tak kunjung terealisasi
Di tambah lagi dengan gaji yang sangat tidak pasti
Waktu di segala musim dan cuaca telah berbicara
Tentang nasibku yang sangat tidak biasa
Aku yang selalu di nomor duakan oleh MEREKA
Tak sedikit pun merasakan nikmatnya dunia
Hari demi hari aku didik murid-muridku dengan ilmu
Waktu demi waktu aku beri mereka pengetahuan baru
Tapi tak sedikit pun petinggi-petinggi itu tahu
Bahwa aku pun layak menyandang status "GURU"
Dalam keterbatasan kehidupan yang aku jalani
Aku tetap tabah menapaki hari-hari
Diantara terjalnya suratan yang harus aku lalui
Aku tetap tegar meskipun batinku tersakiti
Tak bisakah mereka lihat tempat tinggalku yang layu?
Tak bisakah mereka lihat kehidupanku yang sayu?
Tak bisakah mereka lihat sehari-hariku yang sendu?
Dan tak bisakah hati mereka terketuk untuk membantu?
Inikah Nasibku Sebagai Seorang Guru Honorer?
Dimana keahlianku dibutuhkan untuk mengajar
Namun hasil yang ku dapat hanya cukup untuk tidur
Di sini aku hanya bisa diam dan tegar...
PERSEMBAHAN DARIKU UNTUK MURIDKU
Karya : RANGGA ADHIYASA
Dalam kesunyian pagi di ujung jalan berkabut
Aku berjalan menyusuri lereng di antara bukit-bukit
Membawa setumpuk asa yang kini mulai bangkit
Dan cita-cita dengan penuh semangat
Sungai yang mengalir deras dari kaki-kaki gunung
Batu, kerikil dan jalan-jalan yang menikung
Serta tanah-tanah curam di antara dalamnya jurang
Tak kan mematikan api semangatku yang kian membendung
Tawa riang murid-murid telah menunggu di ruang waktuku
Berharap menanti kedatanganku dengan segudang ilmu
Api semangat yang selalu berkobar di mata mereka
Menggambarkan kesunguhan untuk mengejar cita-cita
Di antara kicauan burung yang bernyanyi di luar jendela
Aku mendamba asa dari setiap hati dan keinginan mereka
Impian dan cita-cita mereka harus ku bantu dan ku bina
Demi tercapainya harapan untuk masa depan mereka
Murid-muridku, gapailah segala cita-cita yang kalian inginkan
Wujudkan semua dengan tekad dan semangat yang kuat bagai intan
Agar masa depan kalian nanti bersinar bagaikan berlian
Dan suatu hari nanti akan ku kenang kesuksesan kalian
Murid-muridku, tiada yang ingin aku pinta dari kesuksesanmu
Bahkan banyak darimu yang lupa akan jasa-jasaku
Tapi aku sama sekali tak tersedu
Sebab inilah tugasku sebagai seorang guru...
Aku berjalan menyusuri lereng di antara bukit-bukit
Membawa setumpuk asa yang kini mulai bangkit
Dan cita-cita dengan penuh semangat
Sungai yang mengalir deras dari kaki-kaki gunung
Batu, kerikil dan jalan-jalan yang menikung
Serta tanah-tanah curam di antara dalamnya jurang
Tak kan mematikan api semangatku yang kian membendung
Tawa riang murid-murid telah menunggu di ruang waktuku
Berharap menanti kedatanganku dengan segudang ilmu
Api semangat yang selalu berkobar di mata mereka
Menggambarkan kesunguhan untuk mengejar cita-cita
Di antara kicauan burung yang bernyanyi di luar jendela
Aku mendamba asa dari setiap hati dan keinginan mereka
Impian dan cita-cita mereka harus ku bantu dan ku bina
Demi tercapainya harapan untuk masa depan mereka
Murid-muridku, gapailah segala cita-cita yang kalian inginkan
Wujudkan semua dengan tekad dan semangat yang kuat bagai intan
Agar masa depan kalian nanti bersinar bagaikan berlian
Dan suatu hari nanti akan ku kenang kesuksesan kalian
Murid-muridku, tiada yang ingin aku pinta dari kesuksesanmu
Bahkan banyak darimu yang lupa akan jasa-jasaku
Tapi aku sama sekali tak tersedu
Sebab inilah tugasku sebagai seorang guru...
Guruku Adalah...
Karya : Duddy Fachrudin
guruku adalah alam yang mengajariku kehidupan
guruku adalah malam penuh bintang
yang memberikan keindahan
guruku adalah kitab suci berisi aturan dan larangan
guruku adalah mereka yang membuatku tetap hidup
memegang kebenaran
guruku adalah malam penuh bintang
yang memberikan keindahan
guruku adalah kitab suci berisi aturan dan larangan
guruku adalah mereka yang membuatku tetap hidup
memegang kebenaran
Airmata Guru
Karya : Duddy Fachrudin
guruku, gurumu, guru kita
seakan tak pernah lelah
mengajari siswa-siswa
guruku, gurumu, guru kita
seakan tak pernah bosan
setiap hari, berbusa-busa
guruku, gurumu, guru kita
seakan ingin menunjukkan kepada dunia
bahwa kamu bisa!
kamu bisa wahai insan akademika!
teriak guruku, gurumu, guru kita
dan mereka tersenyum, menangis, berlinang air mata
melihat anak-anaknya menatap dunia dengan megah
seakan tak pernah lelah
mengajari siswa-siswa
guruku, gurumu, guru kita
seakan tak pernah bosan
setiap hari, berbusa-busa
guruku, gurumu, guru kita
seakan ingin menunjukkan kepada dunia
bahwa kamu bisa!
kamu bisa wahai insan akademika!
teriak guruku, gurumu, guru kita
dan mereka tersenyum, menangis, berlinang air mata
melihat anak-anaknya menatap dunia dengan megah
Senyum Tangis Seorang Guru
Karya : Arifin
Lihat disana,sang laksamana
Berjalan tegap penuh wibawa
Suara lantang,dipundak memikul bintang
Ada yang tersenyum menatap tajam kearahnya
Dengan mata berlinang,ia berkata "dia anakku"
Lalu lihat disana,seorang pemuda
Berbadan kurus,berjalan tertatih
Sebatang rokok disela bibir,dengan sebotol arak ditangan
Ada yang menangis menatap tajam kearahnya
Dengan bibir terbata,ia berkata "apa yang salah aku mendidikmu,anakku"
Berjalan tegap penuh wibawa
Suara lantang,dipundak memikul bintang
Ada yang tersenyum menatap tajam kearahnya
Dengan mata berlinang,ia berkata "dia anakku"
Lalu lihat disana,seorang pemuda
Berbadan kurus,berjalan tertatih
Sebatang rokok disela bibir,dengan sebotol arak ditangan
Ada yang menangis menatap tajam kearahnya
Dengan bibir terbata,ia berkata "apa yang salah aku mendidikmu,anakku"
0 komentar:
Posting Komentar