Dalam  manajemen sumber daya manusia, menjadi profesional adalah tuntutan  jabatan, pekerjaan ataupun profesi. Ada satu hal penting yang menjadi  aspek bagi sebuah profesi, yaitu sikap profesional dan kualitas kerja.  Profesional (dari bahasa Inggris) berarti ahli, pakar, mumpuni dalam  bidang yang digeluti.
  Menjadi  profesional, berarti menjadi ahli dalam bidangnya. Dan seorang ahli,  tentunya berkualitas dalam melaksanakan pekerjaannya. Akan tetapi tidak  semua Ahli dapat menjadi berkualitas. Karena menjadi berkualitas bukan  hanya persoalan ahli, tetapi juga menyangkut persoalan integritas dan  personaliti. Dalam perspektif pengembangan sumber daya manusia, menjadi  profesional adalah satu kesatuan antara konsep personaliti dan  integritas yang dipadupadankan dengan skil atau keahliannya.
  Menjadi  profesional adalah tuntutan setiap profesi, seperti dokter, insinyur,  pilot, ataupun profesi yang telah familiar ditengah masyarakat. Akan  tetapi guru...? Sudahkan menjadi profesi dengan kriteria diatas. Guru  jelas sebuah profesi. Akan tetapi sudahkah ada sebuah profesi yang  profesional...? Minimal menjadi guru harus memiliki keahlian tertentu  dan distandarkan secara kode keprofesian. Apabila keahlian tersebut  tidak dimiliki, maka tidak dapat disebut guru. Artinya tidak sembarangan  orang bisa menjadi guru.
  Namun pada kenyataanya, banyak ditemui menjadi guru seperti pilihan profesi terakhir. Kurang bonafide, kalau sudah mentok  tidak ada pekerjaan lain atau sebuah status sosial yang lekat dengan  kemarginalan, gaji kecil, tidak sejahtera malah dibawah garis  kemisikinan. Bahkan guru ada yang dipilih asal comot yang penting ada  yang mengajar. Padahal guru adalah operator sebuah kurikulum  pendidikan.Ujung tombak pejuang pengentas kebodohan. Bahkan guru adalah  mata rantai dan pilar peradaban dan benang merah bagi proses perubahan  dan kemajuan suatu masyarakat atau bangsa.
  Mengingat  guru adalah profesi yang sangat idealis, pertanyaannya adakah guru  profesional itu...? Dan bagaimana melahirkan sosok guru yang profesional  tersebut...?
  Guru Profesional Kalau  mengacu pada konsep di atas, menjadi profesional adalah meramu kualitas  dengan intergiritas, menjadi guru pforesional adalah keniscayaan. Namun  demikian, profesi guru juga sangat lekat dengan peran yang psikologis,  humannis bahkan identik dengan citra kemanusiaan. Karena ibarat sebuah  laboratorium, seorang guru seperti ilmuwan yang sedang bereksperimen  terhadap nasib anak manusia dan juga suatu bangsa.Ada beberapa kriteria  untuk menjadi guru profesional.Memiliki skill/keahlian dalam mendidik atau mengajar 
Menjadi  guru mungkin semua orang bisa. Tetapi menjadi guru yang memiliki  keahlian dalam mendidikan atau mengajar perlu pendidikan, pelatihan dan  jam terbang yang memadai. Dalam kontek diatas, untuk menjadi guru  seperti yang dimaksud standar minimal yang harus dimiliki adalah: 
- Memiliki kemampuan intelektual yang memadai  
 
- Kemampuan memahami visi dan misi pendidikan 
 
- Keahlian mentrasfer ilmu pengetahuan atau  metodelogi pembelajaran 
 
- Memahami konsep perkembangan anak/psikologi perkembangan 
 
- Kemampuan mengorganisir dan problem solving 
 
- Kreatif dan memiliki seni dalam mendidik
 
 Personaliti Guru 
Profesi  guru sangat identik dengan peran mendidik seperti membimbing, membina,  mengasuh ataupun mengajar. Ibarat sebuah contoh lukisan yang akan ditiru  oleh anak didiknya. Baik buruk hasil lukisan tersebut tergantung dari  contonya. Guru (digugu dan ditiru)  otomatis menjadi teladan. Melihat  peran tersebut, sudah menjadi kemutlakan bahwa guru harus memiliki  integritas dan personaliti yang baik dan benar. Hal ini sangat mendasar,  karena tugas guru bukan hanya mengajar (transfer knowledge)  tetapi juga menanamkan nilai - nilai dasar dari bangun karakter atau akhlak anak. 
 
Memposisikan profesi guru sebagai  The High Class Profesi 
Di  negeri ini sudah menjadi realitas umum  guru bukan menjadi profesi yang  berkelas baik secara sosial maupun ekonomi. Hal yang biasa, apabila  menjadi Teller di sebuah Bank,  lebih terlihat high class dibandingkan guru. jika ingin menposisikan  profesi guru setara dengan profesi lainnya,  mulai di blow up bahwa  profesi guru strata atau derajat yang tinggi dan dihormati dalam  masyarakat. Karena mengingat begitu fundamental peran guru bagi proses  perubahan dan perbaikan di masyarakat. 
 
Mungkin kita perlu berguru  dari sebuah negara yang pernah porak poranda akibat perang. Namun kini  telah menjelma menjadi negara maju yang memiliki tingkat kemajuan  ekonomi dan teknologi yang sangat tinggi. Jepang merupakan contoh bijak  untuk kita tiru. Setelah Jepang kalah dalam perang dunia kedua,  dengan  dibom atom dua kota besarnya, Hirohima dan Nagasaki, Jepang menghadapi  masa krisis dan kritis kehidupan berbangsa dan bernegara yang sangat  parah. Namun ditengah kehancuran akibat perang, ditengah ribuan orang  tewas dan porandanya infrastruktur negaranya, Jepang berpikir cerdas  untuk memulai dan keluar dari kehancuran perang. Jepang hanya butuh satu  keyakinan, untuk bangkit. Berapa guru yang masih hidup...? 
 
Hasilnya  setelah berpuluh tahun berikut, semua orang terkesima dengan kemajuan  yang dicapai Jepang. Dan tidak bisa dipungkiri, semua perubahan dan  kemajuan yang dicapai, ada dibalik sosok Guru yang begitu dihormati  dinegeri tersebut. 
 
Kini, lihatlah Indonesia, negara yang sangat  kurang respek dengan posisi guru. Negara yang kurang peduli dengan nasib  guru. Kini lihatlah hasilnya. Apabila mengacu pada Human Index Development  (HDI), Indonesia menjadi negara dengan kualias SDM yang memprihatinkan.  Berdasarkan HDI tahun 2007,  Indonesia berada diperingkat 107 dunia  dari 177 negara. Bila dibandingkan dengan negara sekitar, tingkat HDI  Indonesia jauh tertinggal.Contoh Malaysia berada diperingkat 63,   Thailand 78, dan Singapura 25. Indonesia hanya lebih baik dari Papua  Nugini dan Timor Leste yang berada diposisi 145 dan 150. 
 
HDI  merupakan potret tahunan untuk melihat perkembangan manusia di suatu  negara. HDI adalah kumpulan penilaian dari 3 kategori, yakni kesehatan,  pendidikan dan ekonomi. Menjadi jelaslah bahwa, sudah saatnya Indonesia  menjadikan sektor pendidikan sebagai prioritas utama dalam program  pembangunan. Apabilah hal ini tidak dibenahi, bukan hal mustahil daya  saing dan kualitas manusia Indonesia akan lebih rendah dari negara yang  baru saja merdeka seperti Vietnam atau Timor Leste. 
 
Program Profesionalisme Guru 
- Pola rekruitmen yang berstandar dan selektif 
 
- Pelatihan yang terpadu, berjenjang dan berkesinambungan (long life eduction) 
 
- Penyetaraan pendidikan dan membuat standarisasi mimimum pendidikan 
 
- Pengembangan diri dan motivasi riset 
 
- Pengayaan kreatifitas untuk menjadi guru karya (Guru yang bisa menjadi guru)
 
 Peran Manajeman Sekolah
- Fasilitator program Pelatihan dan Pengembangan profesi 
 
- Menciptakan jenjang karir yang fair dan terbuka 
 
- Membangun manajemen dan sistem ketenagaan yang baku 
 
- Membangun sistem kesejahteraan guru berbasis prestasi
 
 (for : yang menghabiskan sisa waktunya untuk pendidikan) 
 | 
tes coment
BalasHapus